Sabtu, 23 Oktober 2010

Soekarno di Mata Dunia

Gambar Perangko Negara tetangga yang ada gambar Soekarno:

Di Negara Adidaya:

Fakta Terselubung Dibalik Kisah G30S PKI

Hari Selasa, penghujung tahun 1966. Penjara Militer Cimahi, Bandung, Jawa Barat. Dua pria berhadapan. Yang satu bertubuh gempal, potongan cepak berusia 39 tahun. Satunya bertubuh kurus, usia 52 tahun. Mereka adalah Letnan Kolonel Untung Samsuri dan Soebandrio, Menteri Luar Negeri kabinet Soekarno. Suara Untung bergetar. “Pak Ban, selamat tinggal. Jangan sedih,” kata Untung kepada Soebandrio.

Itulah perkataan Untung sesaat sebelum dijemput petugas seperti ditulis Soebandrio dalam buku Kesaksianku tentang G30S. Dalam bukunya, Soebandrio menceritakan, selama di penjara, Untung yakin dirinya tidak bakal dieksekusi. Untung mengaku G-30-S atas setahu Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayor Jenderal Soeharto.

Jumat, 22 Oktober 2010

Pidato Bung Karno : 3 Okt 65 Jam 01.30


AMANAT P.J.M. PRESIDEN/ PANGLIMA TERTINGGI ABRI/ PEMIMPIN BESAR REVOLUSI BUNG KARNO

JANG DIUTJAPKAN MELALUI RRI PADA TGL.3 OKTOBER 1965 DJAM 01.30.


Saudara-Saudara sekalian.

Mengulangi perintah saja sebagai Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata/Pemimpin Besar Revolusi jang telah diumumkan pada tanggal 1 Oktober ’65, dan untuk menghilangkan semua keragu-raguan dalam kalangan rakjat, maka dengan ini saja sekali lagi menyatakan bahwa saja berada dalam keadaan sehat wal’afiat dan tetap memegang tampuk pimpinan Negara dan tampuk pimpinan Pemerintahan dan Revolusi Indonesia.

Bung Karno Minta Diadili

Memakai batik warna kuning, Haji Maulwi Saelan, sudah siap di depan meja di ruang kerjanya. Di kepalanya bertengger songkok rotan khas Sulawesi Selatan. Kolonel Purnawirawan Saelan, menerima TEMPO di rumah yang juga sekaligus kantornya. Dari rumahnya yang sederhana di Jalan Bendungan Jatiluhur, pucuk gedung MPR/DPR, Senayan, tampak jelas. Disana pula ketetapan-ketetapan MPRS yang dianggap menistakan Presiden Pertama, Ir.Sukarno, dibahas.
Hasilnya Sidang Tahunan MPR 2003 yang ditutup Kamis pekan lalu, rekomendasi dari Komisi Saran tentang Sukarno adalah menyerahkan kepada Presiden untuk merehabilitasi nama baik para pahlawan yang telah berjasa pada negara dan bangsa, termasuk Bung Karno. “Seharusnya ketetapan MPRS yang menyudutkan itu dicabut juga dengan ketetapan lembaga tertinggi negara itu,”kata bekas ajudan Presiden Sukarno itu.Mantan Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa itu menerima Ahmad Taufik dari TEMPO dan fotografer Budiyanto untuk wawancara. Inilah petikannya :

Soekarno Target CIA


TANGGAL 7 Desember 1957, pukul 19.39, Laksamana Felix Stump, panglima tertinggi Angkatan Laut (AL) AS di Pasifik, menerima perintah melalui radiogram dari Kepala Operasi Angkatan Laut (AL) Laksamana Arleigh Burke. Isinya, dalam empat jam ke depan gugus satuan tugas di Teluk Subic, Filipina, bergerak menuju selatan ke perairan Indonesia. “Keadaan di Indonesia akan menjadi lebih kritis,” demikian salah satu kalimat dalam radiogram tersebut.

Detik-detik Menuju Istana Bogor

Dalam perjalanan hidup Bung Karno, peristiwa penyerahan surat perintah ke Soeharto, yang kemudian menggantikan Bung Karno menjadi presiden, mungkin bisa dikatakan sebagai momen yang menentukan. Sebelum penyarahan surat ini, ternyata suasana Jakarta tegang dan mencekam.

Pada 10 Maret malam, Bung Karno terpaksa diungsikan ke Istana Bogor karena alasan keamanan. Bagaimana Bung Karno melewati hari-hari yang menegangkan itu? Berikut lanjutan kesaksian Mangil seperti yang tertulis dalam bukunya berjudul Kesaksian tentang Bung Karno 1945–1967.

Kamis, 21 Oktober 2010

Bukti Militer Indonesia “Pernah” Ditakuti Dunia

Dulu, ya dulu … Entah Sekarang . . . Indoneseia merupakan Macan Asia. Macan yang ditakuti oleh negara-negara lainnya. Baik dari segi Militer, Pemerintahan dan Olahraga. Di bidang Militer misalnya, Indonesia berhasil mengusir banyak penjajah dari belahan dunia yang berusaha menjatuhkan harkat dan martabat bangsa.

Ini buktinya :
1960-an, Era Presiden Sukarno.
Kekuatan militer Indonesia adalah salahsatu yang terbesar dan terkuat di dunia. Saat itu, bahkan kekuatan Belanda sudah tidak sebanding dengan Indonesia, dan Amerika sangat khawatir dengan perkembangan kekuatan militer kita yang didukung besar-besaran oleh teknologi terbaru Uni Sovyet.

Dalam Labirin Oktober 1965 (5)

”Dari penekanan kata-kata tertentu dan bahasa tubuh Soeharto, Presiden Soekarno segera memahami adanya nada ancaman dalam pernyataan Soeharto itu. Maka segera Soekarno menukas bahwa soal keamanan dan ketertiban umum tetap diserahkannya kepada Soeharto. Soeharto kemudian berhasil memperoleh suatu rekaman pidato radio dari Soekarno yang menyatakan bahwa Soeharto mendapat tugas pemulihan keamanan dan ketertiban”. ”Petang itu, Soeharto meninggalkan Istana Bogor dengan satu poin keunggulan. Dengan demikian, Soeharto telah berhasil melampaui kerumitan lika-liku labirin peristiwa di awal Oktober 1965 itu. Rekaman pidato Soekarno itu kemudian disiarkan 3 Oktober pukul 01.30 dinihari melalui RRI”.

‘TAWAR menawar’ kekuasaan yang berlangsung antara Soekarno dengan Aidit, melalui Brigjen Soepardjo, adalah mengenai susunan Dewan Revolusi serta kehendak Soekarno untuk tetap mengendalikan kekuasaan negara dengan beberapa konsesi bagi Gerakan 30 September. Soekarno menghendaki dimasukkannya beberapa nama dari kabinetnya serta beberapa jenderal yang dianggapnya setia kepadanya ke dalam Dewan Revolusi yang susunan awalnya disampaikan kepadanya oleh Brigjen Soepardjo. Dan yang terpenting segala sesuatunya kembali ke dalam pengendaliannya, dan Gerakan 30 September menghentikan gerakannya cukup sampai di situ.

Dalam Labirin Oktober 1965 (4)

”Usaha penempatan Kolonel Latief sebagai Komandan Brigade di garnisun ibukota mulanya ditolak Mayjen Umar Wirahadikusumah. Akan tetapi kemudian dari Markas Besar AD ada seorang jenderal yang ‘mendesak’ Panglima Kodam Jaya itu untuk menerimanya. Jenderal itu, tak lain adalah Mayjen Soeprapto, salah satu Deputi Panglima AD. Dalam rangkaian Peristiwa 30 September, semua nama tersebut –Soekarno, Aidit, Soepardjo, Latief, Ahmad Yani, Soeprapto, Soeharto dan Abdul Harris Nasution– bertemu kembali, bersama dalam satu peristiwa, akan tetapi dalam posisi-posisi dan situasi yang berbeda”.

SEWAKTU mengetahui bahwa penggantian Jenderal Ahmad Yani akan dibahas, sebenarnya dr Leimena menyarankan agar Pangkostrad Mayjen Soeharto dipanggil, tetapi Soekarno menolak. Begitu pula, ketika Laksamana Martadinata menyebutkan nama Mayjen Soeharto sebagai calon pengganti Jenderal Yani, Soekarno memilih orang lain. Penolakan Soekarno terhadap Soeharto disertai komentar khusus, “Soeharto itu kepala batu”.

Dalam Labirin Oktober 1965 (3)

“Panglima Kodam Jaya Umar Wirahadikusumah juga disuruh panggil oleh Soekarno, namun tak muncul. Ia terlebih dahulu sudah berada Markas Kostrad dan memutuskan untuk ‘bergabung’ dengan Mayjen Soeharto dan jelas tidak diperkenankan ke Halim bertemu Soekarno. Larangan Soeharto kepada Umar Wirahadikusumah untuk ke Halim, membuat Soekarno marah kepada sikap melawan dan kepala batu Jenderal Soeharto itu. Dan inilah untuk pertama kalinya nama Mayjen Soeharto muncul di ‘hadapan’ Soekarno dalam rangkaian peristiwa ini”.

TERKESAN bahwa sampai dengan tengah hari di tanggal 1 Oktober itu, Soekarno ‘sejalan’ dengan para pimpinan Gerakan 30 September. Namun mundar mandirnya Brigjen Soepardjo antara Senko 2 Gerakan 30 September –di rumah Sersan Anis Sujatno yang masih terletak dalam kompleks perumahan Angkatan Udara Halim Perdanakusumah– dan rumah Komodor Susanto tempat beradanya Presiden Soekarno, menunjukkan pula berlangsungnya suatu proses negosiasi antara kedua pihak itu, dan Soepardjo berperan sebagai perantara. Artinya, ada masalah atau perbedaan terjadi antara Soekarno dengan pelaku gerakan, namun coba diselesaikan melalui semacam perundingan. Ini cara khas politik keseimbangan yang selalu dijalankan Soekarno dalam memelihara kekuasaannya, menengahi para pihak yang terlibat konflik. Hanya saja terhadap Nasution yang dianggapnya pencipta negara dalam negara, Soekarno punya ‘policy’ berbeda, yakni harus disisihkan karena selama ini secara empiris menganggu politik kekuasaan Soekarno.

Dalam Labirin Oktober 1965 (2)

”Keputusan Soekarno untuk tidak meneruskan perjalanannya pagi itu menuju istana, setelah mendengar lolosnya Jenderal Nasution dari penyergapan, adalah indikasi bahwa memang ia menyebutkan nama Nasution dalam perintah penindakan yang diberikannya kepada Letnan Kolonel Untung. Namun pada sisi lain, bahwa Soekarno masih ‘menunggu’ para jenderal itu diperhadapkan kepadanya, berarti pula bahwa Soekarno tidak ‘memikirkan’ para jenderal itu akan dibunuh”. ”Sabur baru tiba pagi-pagi dari Bandung, karena agaknya ia sengaja menghindar dari Jakarta, saat Letnan Kolonel Untung, bawahannya di Resimen Tjakrabirawa, melancarkan gerakan”.

Mayor Jenderal Soeharto, sepanjang yang dituturkannya sendiri dalam otobiografinya, terbangun 04.30 dinihari Jumat 1 Oktober 1965, karena kedatangan juru kamera TVRI, Hamid, yang baru melakukan shooting film. “Ia memberi tahu bahwa ia mendengar tembakan di beberapa tempat. Saya belum berpikir panjang waktu itu. Setengah jam kemudian tetangga kami, Mashuri, datang memberi tahu bahwa tadi ia mendengar banyak tembakan. Mulailah saya berpikir agak panjang”, tutur Soeharto. “Setengah jam kemudian datanglah Broto Kusmardjo, menyampaikan kabar yang mengagetkan, mengenai penculikan atas beberapa Pati Angkatan Darat”.

Dalam Labirin Oktober 1965 (1)

”Tanpa ‘disadari’, upaya pencarian keberadaan para jenderal yang diculik, terabaikan. Upaya ke arah itu, untuk sementara hanya menjadi perhatian Kolonel Sarwo Edhie, setelah mendapat laporan dua perwira ajudan Letnan Jenderal Ahmad Yani 1 Oktober pagi-pagi. Pangkostrad Mayjen Soeharto, baru pada 2 Oktober petang, hampir 40 jam setelah penculikan terjadi, ‘teringat’ dan memerintahkan Kolonel Sarwo Edhie untuk melakukan pencarian”.

KOMANDAN RPKAD –Resimen Para Komando Angkatan Darat– Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, pagi hari pukul 05.30 Jumat 1 Oktober 1965, dibangunkan dari tidurnya oleh isterinya, karena kedatangan dua perwira yang mengaku membawa berita penting yang bersifat amat darurat. Masih mengenakan piyama dan mata agak kemerahan karena tidur agak larut pada malam Jumat itu, komandan pasukan khusus itu keluar kamar menuju ke ruang tamu menemui dua orang tamu di pagi hari itu. Kolonel Sarwo Edhie yang mempunyai kedekatan pribadi dengan Letnan Jenderal Ahmad Yani segera mengenali kedua perwira itu sebagai ajudan Panglima Angkatan Darat. Mereka adalah Mayor Subardi dan Mayor Sudarto. Keduanya, betul-betul membawa berita penting, bahwa atasan mereka pada dinihari itu, tak lebih dari dua jam yang lalu, didatangi sepasukan bersenjata yang belum jelas, kecuali bahwa di antaranya berseragam Tjakrabirawa, lalu ditembak dan tubuhnya dibawa pergi dengan truk entah ke mana.

H.M. Soeharto, “Kalau Ajal Menjemput”

“Kalau tiba saatnya saya dipanggil oleh Yang Mahakuasa, mengenai diri saya selanjutnya sudah saya tetapkan, saya serahkan kepada istri saya.”

PERNYATAAN di atas terdapat dalam buku otobiografi, “Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya” (Citra Lamtoro Gung Persada, 1989:561). Namun, ternyata istrinya Siti Hartinah atau yang akrab disapa Ibu Tien, meninggal dunia lebih dulu 28 April 1996 akibat sakit jantung.

Sepeninggal Ibu Tien, bintang “Sang Jenderal Besar” pun terus meredup. Kariernya sebagai presiden selama 30 tahun mulai terguncang, khususnya setelah terjadi krisis moneter Agustus 1997. Krisis pun berkembang menjadi krisis ekonomi 1998, yang berbuntut lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, Mei 1998.

Naskah Super Semar






Keep Never Say Die Attitude & Down To Earth

Soekarno : Jatuhnya Putera Sang Fajar

PERISTIWA penjemputan paksa sejumlah jenderal Angkatan Darat pada tanggal 30 September 1965 tengah malam, yang dikenal dengan nama Peristiwa Gerakan 30 September (G30S), sampai saat ini masih menyimpan misteri.Siapa dalang di balik peristiwa G30S itu? Partai Komunis Indonesia (PKI), atau Central Intelligence Agency (CIA), atau jangan-jangan gerakan itu hanya merupakan letupan dari konflik intern Angkatan Darat saja? Apakah Presiden Soekarno terlibat? Ataukah Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayor Jenderal (Mayjen) Soeharto? Atau jangan-jangan peristiwa itu tidak ada dalangnya? Jangan-jangan semua pihak yang terkait dalam peristiwa itu hanya bereaksi sesuai dengan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu?

Rabu, 20 Oktober 2010

Temulawak Dipatenkan Asing

Jakarta, Kompas - Zat aktif temulawak untuk obat lever, antikanker, serta jantung dipatenkan pihak asing di Amerika Serikat. Temulawak merupakan jenis tanaman asli Indonesia dan jika dijadikan sebagai zat aktif obat-obatan komersial, semestinya diatur pembagian manfaatnya.

9 Dosa Malaysia Kepada Indonesia

Malaysia, sebuah negara merdeka yang belum berdaulat karena masih sungkem kepada Inggris sebagai Tuan Besarnya ini sudah sangat membuat nyeri dada rakyat Indonesia yang cinta damai.


Insiden penangkapan 3 petugas DKP Kepri oleh Marine Police Malaysia di perairan Tanjung Berakit, Bintan hanya puncak gunung es. Karena jika ditilik ke belakang, sudah Dosa-dosa Malaysia terhadap Indonesia.

10 Kerajaan Terbesar Dalam Sejarah

Suatu kerajaan memperbesar pengaruhnya dengan memperluas wilayahnya. Keadidayaan suatu kerajaan dilihat dari luas wilayah, banyaknya penduduk, ekonomi, berapa lama suatu kerajaan itu berdiri dan juga banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti pemerintahannya dan undang-undangya, ataupun juga kebahagiaan penduduknya. Berikut adalah 10 kerajaan terbesar yang pernah ada dalam sejarah:

RI Pertimbangkan Tawaran Kerja Sama Pertahanan China

BEIJING - Wakil Presiden Boediono mengatakan, Indonesia masih akan mempertimbangkan tawaran China untuk kerja sama bidang pertahanan.

Dikonfirmasi ANTARA di Beijing, Rabu (20/10), Boediono mengungkapkan, dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Wen Jiabao, dibicarakan beberapa materi kerja sama yang telah dilakukan kedua negara.

Inilah Gaya Soeharto Saat Didemo RMS di Belanda

INILAH.COM, Jakarta - Meski disambut aksi demonstrasi oleh anggota Republik Maluku Selatan (RMS) di Den Haag pada 1970, Presiden Soeharto tetap tampil tenang dan penuh senyuman.

Dalam rekaman video dokumentasi yang didapat INILAH.COM, tampak Presiden Soeharto tiba di Istana Huis Ten Bosch dengan menumpangi helikopter.

Begitu mendarat, Soeharto dan Ibu Negara Tien Soeharto disambut Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard. Presiden tampak sangat tenang dan tak terganggu sama sekali oleh aksi demonstrasi RMS. Dari bibirnya terlembar senyuman khas.

DOWNLOAD LAGU : Bread-IF

Bread-IF 

If a picture paints a thousand words
Then why can't I paint you?
The words will never show, the you I've come to know
If a face could launch a thousand ships
Then where am I to go?
There's no one home but you, you're all that's left me too

And when my love for life is running dry
You come and pour yourself on me

If a man could be two places at one time
I'd be with you
Tomorrow and today, beside you all the way
If the world should stop revolvin' spinning slowly down to die
I'd spend the end with you
And when the world was through

Then one by one the stars would all go out
Then you and I would simply fly away
Download Lagu : disini

Keep Never Say Die Attitude & Down To Earth

Pentagon Segera Rekrut Gay dan Lesbi Jadi Serdadu

TEMPO Interaktif, Washington - Pentagon, Selasa, menyatakan lembaganya segera merekrut kaum homo dan lesbi menjadi serdadu Amerika Serikat.

Pernyataan itu dikeluarkan Departemen Pertahanan menyusul keputusan pengadilan di California yang meminta mencabut kebijaksanaan "Jangan Tanya, Jangan Cerita (DADT)" yang melarang gay dan lesbi masuk ke dinas ketentaraan. Kebijaksaan tersebut, menurut hakim, melanggar konstitusi negara.

TNI AL Dan AL India Gelar Patroli Terkoordinasi Di Selat Malaka Dan Laut Andaman

Hubungan pertahanan yang terjalin antara Indonesia dan India telah berkembang dengan baik dan kedua bangsa telah diuntungkan oleh kegiatan kerjasama antarangkatan bersenjata dari kedua negara bersahabat ini.

TNI AL dan Indian Navy melaksanakan patroli terkoordinasi di mulut Selat Malaka dan laut Andaman dua kali dalam setahun sebagai bagian dari tindakan yang diambil untuk menjaga bagian dari Samudera Hindia ini aman dari ancaman yang ditujukan kepada pelayaran komersil.